Minggu, 24 Oktober 2010

PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN PLURALIS DI GEREJA KALIMANTAN EVANGELIS

PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN PLURALIS DI GEREJA KALIMANTAN EVANGELIS
(Oleh Yuprinadie G. Mihing)

Bila anda melihat judul di atas, bisa jadi bukan judul yang menarik, bahkan bisa dibilang sudah basi. Karena Pendididikan Agama Kristen Pluralis (PAK Pluralis) sudah dibahas sejak jaman dahulu oleh para pakar pendidikan agama kristen. Namun dalam kenyataannya, perlu diperhatikan bahwa apa yang dibahas oleh para pakar itu hingga kini belum dapat diimplementasikan dengan baik dan sempurna pada aras lokal (jemaat). Mengapa? Karena, menurut penulis, pada prinsipnya bahasan yang dilalukan para pakar terlalu umum dan tidak mampu menjawab kebutuhan lokal yang berbeda-beda teks dan konteksnya, termasuk di Gereja Kalimantan Evangelis (GKE). Inilah yang membuat penulis terdorong untuk menulis judul jaman dulu (jadul) ini dalam upaya mencari jawab pada sebuah pertanyaan “PAK Pluralis yang bagaimana yang bisa diterapkan di GKE?”
PAK masa kini tidak dapat diandaikan hanya sebagai memberikan pendidikan agama kristen di tiap-tiap sekolah atau universitas. PAK harus diandaikan sebagai seluruh upaya kristiani yang bertujuan untuk memuliakan Allah. Seluruh upaya itu yang menggambarkan kemampuan seluruh penganut agama Krsiten dalam mengejewantahkan iman kristianinya. Hal ini bukanlah tanpa dasar. Segenap umat kristiani mendasarkan perlakuan iman pemuliaan ini karena imannya pada Yesus Kristus yang telah memberikan contoh dan teladan dalam mengembangkan upaya pemuliaan Allah dalam seluruh kehidupan-Nya. Bagi Yesus, –mengutip Hope S. Antone dalam bukunya Religious Education in Context of Plurality and Pluralism— kesetiaan kepada Allah tidak hanya berarti mengetahui dan mengikuti ajaran para pemuka agama, tetapi juga tindakan kasih yang baik bagi Allah melalui kasih yang tanpa pamrih bagi sesama. Kesetiaan yang nyata kepada Allah berarti mengetahui, melakukan dan hidup sesuai dengan kehendak Allah untuk keadilan, kebaikan dan kedamaian. Inilah misi Kristus (Missio Christi) yang tergambar dalam pendidikan agama Kristen. Misi Kristus ini merupakan upaya Allah dalam mewujudkan misi-Nya di tengah-tengah umat manusia (Missio Dei) yaitu untuk mewujudkan damai sejahtera (syallom) Allah di bumi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa perwujudan damai sejahtera Allah bagi umat manusia merupakan wujud kongkret pendidikan agama kristen di jemaat atau gereja.
Kesimpulan di atas menjadi dasar pemikiran dalam tulisan ini. Bila Allah menghendaki damai sejahtera itu berlaku bagi segenap umat manusia, Maka seluruh upaya kristiani yang bertujuan untuk memuliakan Allah (pengertian dari PAK) haruslah terwujud dan tergambar dalam damai sejahtera yang dikehendaki Allah tersebut. Dalam kalimat sederhana dapat dikatakan bahwa, Allah yang menghendaki damai sejahtera di bumi menghendaki seluruh umat kristiani untuk menciptakan damai sejatera itu di tengah-tengah dunia. Itu berarti bahwa, sebenarnya tugas pokok seorang Kristen adalah menciptakan damai sejahtera di mana ia berada dan ditempatkan oleh Allah.
Plural menggambarkan keragaman yang ada di bumi. Baik itu keragaman agama, suku, budaya, maupun adat istiadat, bahkan bisa juga menggambarkan keragaman karakter individu dalam suatu kelompok. Keragaman teks dan konteks ini membuat dunia menjadi berwarna. Ketika agama Kristen bertemu dengan agama-agama yang lain, maka terjadilah upaya dialog yang berusaha menciptakan damai sejahtera Allah di bumi. Demikian juga bagi GKE, kenyataan plural yang ada di bumi Kalimantan haruslah mendasarkan diri pada pewujudan damai sejahtera Allah di bumi Kalimantan. PAK Pluralis di GKE haruslah dipandang sebagai seluruh upaya GKE yang bertujuan untuk pemuliaan Allah dengan cara menciptakan damai sejahtera Allah di bumi Kalimantan.
Kelihatannya kalimat di atas sangat mudah. Namun pengimplementasiannya tidaklah mudah. Seluruh pengurus dan warga GKE diundang untuk menciptakan dan menghadirkan damai sejahtera itu di bumi Kalimantan. Kuncinya adalah, mulailah dengan menciptakan damai sejahtera itu pada diri GKE terlebih dahulu. Barulah GKE menghadirkan damai sejahtera itu di bumi Kalimantan. Karena, bagaimana GKE mau menghadirkan damai sejahtera itu bagi orang lain kalau di dalam dirinya sendiri belumlah tercipta damai sejahtera? Karena bila demikian, maka GKE melecehkan dirinya sendiri, sebuah gereja yang besar di Kalimantan hanya besar omongannya saja tapi kecil tindakannya. GKE menjadi bahan gossip murahan ketika sesama pengurus bertengkar memperebutkan tempat yang nyaman. GKE menjadi bahan pergunjingan ketika sesama warga jemaat bertengkar karena masalah keuangan. Bahkan GKE semakin “panas” ketika di dalam keluarga GKE selalu terdengar makian dan perang keluarga yang tidak pernah terselesaikan. Bila demikian adanya, siapakah yang tertarik untuk menjadi anggota warga GKE? Bahkan lebih besar lagi, siapakah yang tertarik untuk menjadi anggota warga Kerajaan Allah? Tentu, tidak ada.
Karena itu, menurut penulis, GKE haruslah belajar berbenah diri untuk menciptakan ketentraman berjemaat. GKE haruslah berjiwa besar untuk merombak hal-hal yang keliru yang selama ini dipertahankan. GKE haruslah berani mereformasi dirinya karena GKE adalah gereja reformis yang harus selalu direformasi (ecclesia reformata semper reformanda est). GKE haruslah keluar dari daerah nyaman (comfort zone) untuk menggapai orang-orang yang tidak nyaman (uncomforted person) oleh kerasnya kehidupan ini seperti orang miskin, tertindas, terpinggirkan dan terabaikan. Seluruh warga GKE menciptakan damai sejahtera di dalam kehidupan keluarganya, lingkungannya, dan jemaatnya. Seluruh pengurus GKE berjuang dalam pelayanan yang murni untuk memimpin GKE menjadi gereja yang penuh damai sejahtera. Demikianlah GKE menjadi gereja yang besar dan disegani. Gereja yang berkarya dan berbuah. Gereja yang berpihak pada yang lemah. Gereja yang menciptakan dan menghadirkan damai sejahtera Allah. Inilah inti dari PAK Pluralis di GKE.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar